Sabtu, 31 Agustus 2013

Aset Dalam Hidup

Perjalanan jika hanya sekedar berpindah tempat dari suatu tempat ke tempat lain sepertinya akan terasa hambar, tanpa rasa.
Kecuali jikalau kita mengisinya dengan suatu yang lain, yang bermanfaat tentunya.

Yaaap.
Terkait dengan judul, dalam perjalanan saya dari Jakarta ke Palembang, saya secara tidak sengaja berkenalan oleh seorang bapak yang bernama Pa Iskandar. Kebetulan beliau satu pesawat dengan saya dan satu baris tempat duduk. Tepatnya tertanggal 24 Agustus 2013 saya mendapati perjalanan Jakarta - Palembang yang rutin saya lalui setidaknya sebulan sekali menjadi terasa berbeda dari perjalanan sebelumnya.

Kembali ke Pa Iskandar.
Pa Iskandar ini sangat cair dengan orang baru. Mudah kenal, mudah bergaul dan tanpa kaku. Itu kesan pertama saya. Tapi ada kemungkinan lain. Beliau ini memang cukup senior, dia sudah masuk masa pensiun. Sudah tidak bekerja dan mulai aktif di kegiatan politik. Mungkin dikarenakan
sudah cukup berumur, Pa Iskandar sudah biasa menghadapi orang baru seperti saya ini. Awal cerita, kami berkenalan dan bertanya mengenai tempat tinggal kami, asal usul sampai tujuan keberangkatan kami ke Palembang. Dan sampai saat saya mengatakan tujuan saya ke Sungai Lilin (nama salah satu kelurahan di kabupaten Musi Banyuasin Sumsel), dia langsung menyodorkan kartu nama kerabatnya yang akan menjadi calon anggota DRPD Sumsel daerah pemilihan 1 (termasuk kabupaten Musi Banyuasin di dalamnya) perihal meminta bantuan kenalan orang asli Sungai Lilin untuk mendukung kerabatnya tersebut. Tapi fokus pembahasan saya bukan di kerabat Pa Iskandar yang ingin menjadi calon legislatif. (Huuuft, sudah panjang-panjang kok tidak jadi dibahas ya?)

Yaaap.
Singkat cerita (padahal pembukaan saja sudah dua paragraf sendiri, kok masih saja dikatakan singkat ya?). Oke. Lanjut. Pa Iskandar ini sampai pada pernyataan dengan nada menasehati dari tetua kepada yang muda (dan saya selalu bersyukur apabila dapat nasihat dan dengan antusias mendengarkan). Dia mangatakan bahwa hidup bagi dia adalah sederhana. Nah, bagian ini yang ingin saya sedikit jabarkan.
Berikut kutipan Pa Iskandar:
"Hidup itu sederhana. Bagi saya hidup harus memiliki tiga aspek yang wajib dipenuhi: kesehatan (jiwa dan rohani), keuangan (penghidupan) yang cukup dan teman
(kolega atau kerabat). Titik"
(Iskandar, 2013)

Mantap.
Itu lah ucapan batin saya mengiyakan apa yang dikatakan Pa Iskandar ini. Ketiga aspek tersebut sudah meliputi keseluruhan aspek kehidupan. Nah, ketiga aspek ini lah yang ingin saya coba sedikit kuatkan makna dari apa yang sudah diucapkan Pa Iskandar tadi.

Oke.
Aspek pertama tadi yaitu kesehatan. Menurut P Iskandar, kesehatan tidak hanya kesehatan raga, tetapi jiwa dan rohani-pun wajib mendapatkan "sarapan" agar tetap sehat dan bugar. Betapa banyak orang-orang di sini (manusia Indonesia) yang memiliki badan tegap, masih bisa berjalan, berdiri, berinteraksi dan lainnya, tetapi jiwa dan rohani mereka kosong. Akhirnya mereka bagai "badan tak bertuan". Karenanya, banyak kejadian-kejadian ataupun penyelewengan demi penyelewengan yang terjadi di NKRI. Tidak lain dan tidak bukan adalah akibat dari badan yang pemilik atau tuannya sudah lemah atau tidak ada sama sekali.

Lanjut.
Aspek kedua. Masih menurut Pa Iskandar, aspek keuangan atau finansial mendukung kelangsungan hidup kita. Aspek keuangan tidak harus benar-benar berbentuk uang nyata, tetapi dapat berbentuk yang lain (misalnya aset tanah dan lainnya). Setiap orang dapat bervariasi kebutuhan akan aspek yang satu ini. Memang banyak pendapat bahwa aspek ini merupakan aspek sensitif bagi kebanyakan orang. Seorang kaya lumrahnya membutuhkan aspek ini lebih dari orang lain. Tetapi ada juga seorang kaya yang tidak terlalu mementingkan aspek ini. Dan ada pula seorang yang kekurangan justru mementingkan aspek ini di atas aspek lainnya dengan kebutuhan yang lebih dari biasanya. Semua kembali ke preverensi masing-masing.

Dan terakhir (menurut Pa Iskandar).
Aspek teman. Di sini, posisi teman adalah luar biasa penting. Pastinya kerabat / kolega / teman yang bisa saling "push" atau saling dorong untuk mencapai perbaikkan diri. Bukan kerabat yang mendorong kita ke jurang nista. Ayah saya juga berkata bahwa sahabat itu aset yang perlu dijaga. Jangan pernah menghiraukan sahabat atau teman. Saya yakin bahwa semua dari kita pasti butuh teman atau sahabat. Karena saya-pun merasakan kedahiran dan eksistensi teman dan sahabat saya.

Yaaap.
Itu lah sedikit makna yang mampu saya intisari-kan dari hasil pembicaraan singkat selama kurang lebih satu jam dalam kabin. Singkat dan sederhana.
Karena seperti itulah hidup.

Semoga bermanfaat.. :-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar