Minggu, 25 Agustus 2013

Tentang Sesuatu

Judul agak rancu?
Sedikit bingung akan judulnya?

Aaah. Yasudah lah.
Apalah arti sebuah judul. Walau menurut para ahli bahasa dan komunikasi sebuah judul dari bacaan memberikan peranan penting terhadap keseluruhan isi. Tidak lain dan tidak bukan karena judul merupakan awalan, pemikat dan memberikan kesan pertama.
Yaa. Kesan pertama, selanjutnya terserah Anda.. *lhoooh* Maksud saya, selanjutnya terserah kita mau melanjutkan baca isinya atau tidak. :-)
(Kok jadi bahas pengertian judul dari sebuah bacaan ya?)

Yaaaap.
Sudah. Sudah. Cukup sudah pembahasan introduksi tulisan ini tentang judul. Selanjutnya, ijinkan saya berlanjut ke bagian isi. Sebenanrya saya ingin menceritakan ulang tentang sesuatu. Ya, tetang sesuatu. Tentang salah satu ketetapan Tuhan yang sudah PASTI. Sebagaimana yang kita ketahui, setidaknya ada tiga ketetapan Tuhan yang pasti, yaitu REJEKI, JODOH dan MATI. Haah? Mati?
Waduh. Jangan panik dulu Masbro n Mbasis. MATI itu kan pasti juga. Tapi kali ini saya ingin bahas tentang jodoh kok. Bahas yang sejuk dulu yak.

Yaah.. Palingan nulis curhatan ya? Atau menumpahkan segala kegalauan di media blog?
Hmm.. Sebentar. Sebentar.

Yap.
Tenang dulu Masbro n Mbasis. Saya akan coba membahas se-objektif mungkin. Saya akan coba pilah antara objektivitas dengan curahan hati pribadi.
Tapi jika ada tersisip sedikit curahan hati, harap maklum ya.. :-)

Oke.
Pembahasan jodoh memang cukup seru. Langsung saja. Jodoh merupakan anugerah terindah dari Tuhan dan sekaligus misteri yang belum terpecahkan kecuali kita memang ingin sekali memecahkan misteri tersebut alias menikah. Bahkan setiap orang punya jalan masing-masing dalam bertemu dengan jodohnya. Saya yakin itu. Tiap orang pasti punya cerita tersendiri perihal pertemuan dengan kekasih / istri. Lika-liku jodoh memang sampai tulisan ini dibuat belum saya pecahkan sendiri. Tapi hasil selidik dari rekan dan teman, jodoh itu memang misteri Tuhan. Tapi seandainya misteri tersebut tidak segera dikuak, maka misteri akan tetap jadi misteri. Sama halnya dengan jodoh, apabila jodoh hanya sebatas teori dan rencana, maka tanpa penjemputan, jodoh akan sebatas angan dan ingin. Maksudnya, jodoh memang harus dijemput. Saya juga sedang menasehati diri saya sendiri untuk segera melakukan itu, ya menjemput jodoh.

Jodoh hanya akan menjadi sebatas asa dan ingin apabila tanpa eksekusi nyata. Misal, saya ingin si A menjadi jodoh saya dan berharap kelak si A menjadi pasangan hidup saya sampai akhir hayat. Nah, itulah yang kita namakan sebagai ingin dan asa. Baru langkah awal dari sekian langkah yang Tuhan wajibkan dalam rangka menjemput jodoh. Masih ada beberapa langkah lagi. Langkah nyata pastinya.

Berikut cerita menarik antara si B dan si C. Penasaran? Yuk dilanjut bacanya.
Ada suatu ketika seseorang tertarik dengan lawan jenis. Katakan lah si B (laki-laki) tertarik terhadap si C (perempuan). Si B ini dapat berniat baik, tapi tidak menutup kemungkinan juga untuk berniat buruk. Asumsikan si B ini berniat baik untuk segera menghalalkan hubungan merekan atau singkat kata, si B ingin sekali memperistri C. Si B sudah memenuhi langkah pertama, yaitu ingin dan asa. Ada keinginan dan harapan untuk suatu niat yang baik (menikah). Ternyata B ini seorang pemalu dan sekalipun si C lebih berani, tetapi C ingin memberi kesempatan B untuk menyatakan niat terlebih dahulu ke orang tua C. Menurut saya, belum lazim dalam budaya Indonesia apabila pihak C menyatakan niat terlebih dahulu (apa yang tidak lazim itu belum tentu salah atau dilarang ya).
Sebenarnya tidak salah dan tidak terlarang apabila pihak C yang menyatakan terlebih dahulu, hanya saja mungkin masih belum lazim.

Yaaap.
Lanjut ke cerita si B.
Di balik sifat malu si B, ternyata si B memang benar-benar berniat memperistri si C. Usut punya usut, usaha si B untuk memperistri si C terhenti hanya sebatas ingin dan asa. Langkah konkrit dan doa terbaik belum dilakukan B. Si B hanya usaha ringan (yang lebih ke arah usaha setengah-setengah) dan doa ala kadarnya.
Usaha B yang setengah-setengah itupun akhirnya dipandang sekilas oleh C sebagai usaha main-main atau tidak serius. Akhirnya, C memberikan nilai R alias ragu-ragu ke buku rapor B. Berlanjut ke doa, doa B-pun masih doa ala kadarnya. Doa yang seharusnya berharap kepada Tuhan agar jodoh diperjelas. Sehingga apabila dia jodoh kita, mohon lah untuk didekatkan dan disegerakan agar menjadi halal. Tetapi apabila dia bukan jodoh kita, tetaplah berharap. Berharap agar ditunjukkan orang lain yang memang jodoh kita. Dan seharusnya B melakukan doa ini sebagai awalan (masih banyak amalan lain sebagai persiapan menuju penjemputan jodoh). Tetapi B hanya melakukan
doa yang ala kadarnya. Usaha si B terkesan meragukan dan doa-pun ala kadarnya. Tugas si B memang berat dalam menjemput jodoh yang entah di mana adanya dan akan bertemunya. Bagi B, jodoh akan tetap menjadi misteri tanpa usaha untuk menguak misteri tersebut.

Tanpa merubah pola penjemputan jodoh, si B akan tetap menganggap jodoh itu misteri dan pastinya akan terlampau sulit bagi B untuk mendapatkan pasangan hidup. Karena Tuhan sudah menentukan jodoh tiap orang, tinggal kita saja yang berusaha untuk menjemput jodoh kita itu. Bahkan Tuhan sampai berpesan bahwa Tuhan tidak akan merubah kondisi suatu kaum (seseorang) sehingga mereka akan merubah keadaan yang ada dalam diri mereka sendiri.Termasuk usaha untuk menjemput jodoh, Tuhan tidak akan memperjelas jodoh kita sampai kita berusaha mencari petunjuk akan jodoh tersebut.
Dan banyak lagi cerita tentang dimudahkannya usaha seseorang yang sudah siap dan pantas untuk menjemput jodoh. Usaha mereka sungguh-sungguh dan benar-benar dimudahkan Tuhan.

Seperti pada paragraf sebelumnya, sebenarnya saya masih punya bebarapa contoh cerita dari kerabat yang telah mengalami langsung kejadian seputar penjemputan jodoh. Tetapi untuk kali ini, ijinkan saya membagi satu dari sedikit cerita di atas tentang penjemputan jodoh.

Saya akan coba tulis sedikit cerita yang berbeda terkait penjemputan jodoh di lain sesi.

Semoga bermanfaat.. :-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar