Rabu, 19 Juli 2017

Sometimes We Win, Sometimes We Have to Learn

Mungkin ada beberapa dari kita yang sudah tidak asing lagi dengan judul di atas.

Judul tulisan di atas saya sadur dari sebuah buku karya John C. Maxwell yang berjudul “Sometimes You Win, Sometimes You Lose Learn”. Judul saya modifikasi sedikit agar sesuai dengan kondisi penulis saat ini dan barangkali kondisi sebagian dari kita.


Cover buku Pak John Maxwell yang saya maksud. (Sumber: dikumentasi pribadi)

Ya. Terkadang kamu menang, terkadang kamu kalah belajar. Pak John Maxwell mencoret (atau lebih tepatnya tidak menggunakan) kata “lose” (kalah) sebagai padanan frase sebelumnya yang menggunakan kata “win” (menang) dan mengganti kata “lose” (kalah) dengan kata “learn” (belajar). Kalah dan belajar merupakan dua kata yang berbeda makna. Tetapi, dalam kehidupan keseharian, kedua kata ini dapat menunjukkan kondisi yang mirip dengan efek yang berbeda 180 derajat.

Pa John Maxwell juga mengungkapkan bahwa pelajaran terbaik dalam hidup justru didapatkan dari kekalahan / kehilangan / kerugian yang kita alami, bukan dari bangku sekolah / kuliah. Ada petikan lain dari pendapat beliau yaitu:

Experience is not the best teacher, evaluated experience is

Dari evaluated experience itu-lah terdapat proses pembelajaran. Dan menurut beliau, itu lah guru terbaik.

Lanjut.

Jika suatu waktu kita menang, dan kemudian suatu waktu selanjutnya kita kalah, maka efek kalah menunjukkan bahwa si pecundang sudah tidak berdaya lagi terhadap lawannya. Sang pecundang sudah menyerah. Kondisi berbeda jika kita menggunakan kata “belajar”. Kadang-kadang kita menang, kadang kita harus belajar. Maka si pemenang tadi pada suatu saat akan menjadi pembelajar (bukan pecundang). Hidup tak selamanya tentang kemenangan, terkadang kita harus belajar mengenai hal-hal yang membuat kita tertunda untuk menang atau kita belajar untuk menang.

Efek yang sungguh berbeda akan terasa antara aura kata “kalah” dan “belajar”, walaupun sebenarnya dalam kondisi yang sama.

Bisa jadi kita harus belajar terlebih dahulu sebelum diberi kemenangan. Atau kita sudah menjadi pemenang, tetapi di kemudian hari, kita harus belajar. Dan sepertinya kita bisa sambungkan dengan peribahasa “hidup bagai perputaran roda pedati, kadang posisi di atas dan terkadang posisi di bawah dan seterusnya”, kemudian disambung dengan peribahasa “tuntutlah ilmu (belajar) dari buaian sampai liang lahat”.

Perkara kalah memang tidak mudah diterima, tetapi memang yang harus dilakukan (dan terkadang menjadi bagian tersulit dari proses kalah itu sendiri) adalah mencoba untuk bangkit dari kekalahan. Jika diibaratkan dengan orang jatuh, misalkan terpleset ke dalam kanal dengan kedalaman tertentu. Saat proses jatuh / terpeleset, yang pasti dirasakan adalah rasa kaget. Ya, kaget. Karena jatuh memang belum direncanakan sebelumnya. Berbeda kalau memang sudah direncanakan jatuh, itu lain cerita (mudah-mudahan dalam beberapa hari ke depan saya akan coba buat tulisan mengenai topik “merencanakan jatuh”, “jatuh terencana” dan sejenisnya 😊).

Lanjut, jika memang proses jatuh itu tidak direncanakan, maka kita akan kaget (shock). Kemudian jatuh dan mungkin merasakan sakit (sakitnya di situ ya, di bagian tubuh yang terbentur saat jatuh; bukan “sakitnya tuh di sini”. Itu mah judul lagu donk.. 😊).
Lanjut. Setelah sakit, kita pasti merasakan sakit tersebut untuk beberapa waktu. Dan kemudian, hal paling sulit-pun menghampiri, yaitu keinginan untuk bangkit. Setelah keinginan untuk bangkit muncul (dengan sulitnya), kemudian usaha untuk bangkit-pun kita lakukan (walaupun masih terasa sakit pasca jatuh tadi). Usaha untuk bangkit tidak harus sekali coba langsung berhasil, terkadang harus melalui beberapa tahap percobaan dan baru berhasil. Beruntung lah bagi mereka yang dari awal sudah berhasil dan tidak jatuh atau mereka mereka yang terjatuh dan mampu bangkit dengan sekali coba.

Dan dari kasus jatuh ke sungai tadi, kita jadi belajar akan beberapa hal seperti:

  •         Kenapa ya saya bisa jatuh?
  •         Mengapa saya harus jatuh di sungai yang agak dalam itu? Kenapa tidak di sungai yang lain yang dangkal saja?
  •         Berapa lama ya waktu yang diperlukan dari jatuh sampai saya bangkit lagi?
  •         Waktu saya jatuh, adakah orang yang yang membantu saya bangkit? Siapa dia orangnya?
  •          Kira-kira apa yang dapat mencegah saya agar ngga jatuh di sungai itu lagi?


#learn

Memang hidup ini untuk belajar, bahkan sampai jasad kita tak bernyawa. Banyak hikmah yang didapat dari sebuah kekalahan / kejatuhan / /kehilangan / kerugian proses pembelajaran. Siapa-pun orang yang masih berjalan di atas muka bumi pasti akan selalu siap menghadapi kemenangan dan memang itu yang dituju, tetapi kadang untuk sebuah kekalahan proses pembelajaran, barangkali belum semua orang siap akan hal tersebut.

Kemudian, barangkali ada pertanyaan yang muncul: mengapa saya harus belajar? Ya karena kita tidak selamanya dalam posisi menang. Kecuali jika ada suatu lembaga yang menjamin kita untuk selalu menang setiap saat. Barulah dengan itu, kita tidak perlu belajar lagi karena kita akan selalu menang.

(Psssst… Jika memang benar ada lembaga yang menjamin kemenangan kita setiap saat, saya-pun tertarik dengan lembaga tersebut. Boleh lah saya diberikan nomor kontak lembaga tersebut. 😊)

#akhirnya

Dan pada akhirnya, kita memang harus belajar karena kita tidak selamanya berada pada posisi menang; karena posisi roda tidak lah selamanya berada di atas. Sesederhana itu.

#SemogaBermanfaat
:-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar