Mungkin ada
beberapa dari kita yang sudah tidak asing lagi dengan judul di atas.
Judul
tulisan di atas saya sadur dari sebuah buku karya John C. Maxwell yang berjudul
“Sometimes You Win, Sometimes You Lose
Learn”. Judul saya modifikasi sedikit agar sesuai dengan kondisi penulis
saat ini dan barangkali kondisi sebagian dari kita.
Cover buku Pak John Maxwell
yang saya maksud. (Sumber: dikumentasi pribadi)
Ya.
Terkadang kamu menang, terkadang kamu kalah belajar. Pak John Maxwell
mencoret (atau lebih tepatnya tidak menggunakan) kata “lose” (kalah) sebagai padanan frase sebelumnya yang menggunakan
kata “win” (menang) dan mengganti
kata “lose” (kalah) dengan kata “learn” (belajar). Kalah dan belajar
merupakan dua kata yang berbeda makna. Tetapi, dalam kehidupan keseharian,
kedua kata ini dapat menunjukkan kondisi yang mirip dengan efek yang berbeda
180 derajat.
Pa John
Maxwell juga mengungkapkan bahwa pelajaran terbaik dalam hidup justru
didapatkan dari kekalahan / kehilangan / kerugian yang kita alami, bukan dari
bangku sekolah / kuliah. Ada petikan lain dari pendapat beliau yaitu:
“Experience is not the best teacher,
evaluated experience is”
Dari evaluated experience itu-lah terdapat
proses pembelajaran. Dan menurut beliau, itu lah guru terbaik.
Lanjut.
Jika suatu
waktu kita menang, dan kemudian suatu waktu selanjutnya kita kalah, maka efek
kalah menunjukkan bahwa si pecundang sudah tidak berdaya lagi terhadap
lawannya. Sang pecundang sudah menyerah. Kondisi berbeda jika kita menggunakan
kata “belajar”. Kadang-kadang kita menang, kadang kita harus belajar. Maka si
pemenang tadi pada suatu saat akan menjadi pembelajar (bukan pecundang). Hidup
tak selamanya tentang kemenangan, terkadang kita harus belajar mengenai hal-hal
yang membuat kita tertunda untuk menang atau kita belajar untuk menang.
Efek yang
sungguh berbeda akan terasa antara aura kata “kalah” dan “belajar”, walaupun
sebenarnya dalam kondisi yang sama.
Bisa jadi
kita harus belajar terlebih dahulu sebelum diberi kemenangan. Atau kita sudah
menjadi pemenang, tetapi di kemudian hari, kita harus belajar. Dan sepertinya
kita bisa sambungkan dengan peribahasa “hidup bagai perputaran roda pedati,
kadang posisi di atas dan terkadang posisi di bawah dan seterusnya”, kemudian
disambung dengan peribahasa “tuntutlah ilmu (belajar) dari buaian sampai liang
lahat”.
Perkara
kalah memang tidak mudah diterima, tetapi memang yang harus dilakukan (dan
terkadang menjadi bagian tersulit dari proses kalah itu sendiri) adalah mencoba
untuk bangkit dari kekalahan. Jika diibaratkan dengan orang jatuh, misalkan
terpleset ke dalam kanal dengan kedalaman tertentu. Saat proses jatuh /
terpeleset, yang pasti dirasakan adalah rasa kaget. Ya, kaget. Karena jatuh
memang belum direncanakan sebelumnya. Berbeda kalau memang sudah direncanakan
jatuh, itu lain cerita (mudah-mudahan dalam beberapa hari ke depan saya akan
coba buat tulisan mengenai topik “merencanakan jatuh”, “jatuh terencana” dan
sejenisnya 😊).
Lanjut,
jika memang proses jatuh itu tidak direncanakan, maka kita akan kaget (shock). Kemudian jatuh dan mungkin
merasakan sakit (sakitnya di situ ya,
di bagian tubuh yang terbentur saat jatuh; bukan “sakitnya tuh di sini”. Itu mah judul
lagu donk.. 😊).
Lanjut.
Setelah sakit, kita pasti merasakan sakit tersebut untuk beberapa waktu. Dan kemudian,
hal paling sulit-pun menghampiri, yaitu keinginan untuk bangkit. Setelah
keinginan untuk bangkit muncul (dengan sulitnya), kemudian usaha untuk
bangkit-pun kita lakukan (walaupun masih terasa sakit pasca jatuh tadi). Usaha
untuk bangkit tidak harus sekali coba langsung berhasil, terkadang harus
melalui beberapa tahap percobaan dan baru berhasil. Beruntung lah bagi mereka
yang dari awal sudah berhasil dan tidak jatuh atau mereka mereka yang terjatuh
dan mampu bangkit dengan sekali coba.
Dan dari
kasus jatuh ke sungai tadi, kita jadi belajar akan beberapa hal seperti:
- Kenapa ya saya bisa jatuh?
- Mengapa saya harus jatuh di sungai yang agak dalam itu? Kenapa tidak di sungai yang lain yang dangkal saja?
- Berapa lama ya waktu yang diperlukan dari jatuh sampai saya bangkit lagi?
- Waktu saya jatuh, adakah orang yang yang membantu saya bangkit? Siapa dia orangnya?
- Kira-kira apa yang dapat mencegah saya agar ngga jatuh di sungai itu lagi?
#learn
Memang hidup
ini untuk belajar, bahkan sampai jasad kita tak bernyawa. Banyak hikmah yang
didapat dari sebuah kekalahan / kejatuhan / /kehilangan / kerugian
proses pembelajaran. Siapa-pun orang yang masih berjalan di atas muka bumi
pasti akan selalu siap menghadapi kemenangan dan memang itu yang dituju, tetapi
kadang untuk sebuah kekalahan proses pembelajaran, barangkali belum
semua orang siap akan hal tersebut.
Kemudian,
barangkali ada pertanyaan yang muncul: mengapa saya harus belajar? Ya karena kita tidak selamanya dalam posisi
menang. Kecuali jika ada suatu lembaga yang menjamin kita untuk selalu
menang setiap saat. Barulah dengan itu, kita tidak perlu belajar lagi karena
kita akan selalu menang.
(Psssst…
Jika memang benar ada lembaga yang menjamin kemenangan kita setiap saat,
saya-pun tertarik dengan lembaga tersebut. Boleh lah saya diberikan nomor
kontak lembaga tersebut. 😊)
#akhirnya
Dan pada
akhirnya, kita memang harus belajar karena kita tidak selamanya berada pada
posisi menang; karena posisi roda tidak lah selamanya berada di atas. Sesederhana
itu.
:-)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar